Desa Cilebak berdiri pada tahun 1790 M, sebelumnya Desa Cilebak bernama Desa Tinggar dengan pusat pemerintahan di Kampung Selaawi (Sekarang Dusun Wage), hal ini dibuktikan dengan adanya sebutan Sawah Wetan, Sawah Kulon, Sawah Kidul, dan Sawah Kaler yang semuanya berada di sekitar Kampung Selaawi, sehingga Kampung Selaawi tepat berada di tengah daerah-daerah tersebut. Desa Tinggar dipimpin oleh seorang Kuwu bernama Bahad dengan julukan Raden Sabuk yang memimpin selama ± 50 tahun sejak tahun 1790 sampai dengan 1840 M.
Pada masa kepemimpinan Kuwu Bahad Desa Tinggar memiliki adat istiadat yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat, diantaranya ialah :
- Munjung ka Hulu Cai Taman (Ritual di Mata Air Taman)
- Pesta Budak Angon Sekaligus pergantian nama bujang
- Wawar (dilaksanakan setiap ada musibah)
- Sedekah Bumi
- Cako (dilaksanakan ketika selesai menggarap sawah)
- Nyangkreb (dilaksnakan ketika padi mulai berbuah)
- Mura (dilaksanakan sebelum memanen padi)
- Nganyaran (dilaksnakan setelah panen usai)
Pada tahun 1839 M Desa Tinggar dikunjungi oleh seorang pembesar Kuningan bernama Raden Arya Kamuning yang juga merupakan penyebar agama Islam, karena sebelumnya masyarakat Desa Tinggar menganut agama Hindu. Maka sejak kedatangan Raden Arya Kamuning ke Desa Tinggar akhirnya Kuwu Bahad dan masyarakat Desa Tinggar mulai menganut Agama Islam. Dalam kunjungannya tersebut Raden Arya Kamuning memberikan sebuah Sabuk (benten) kepada Kuwu Bahad selain sebagi Penghargaan dan Cindramata sabuk tersebut juga sebagai simbol ikatan batin bagi Kuwu Bahad dan Masyarakat yang telah menjadi penganut agama Islam, maka sejak itulah Kuwu Bahad lebih dikenal dengan sebutan Raden Sabuk (sesorang yang diberikan Sabuk Raden).
Mengingat Raden Sabuk (Kuwu Bahad) yang telah berusia lanjut, pada tahun 1840 disepakati adanya pergantian Kepemimpinan dari Raden Sabuk/Kuwu Bahad di gantikan oleh Kuwu Nurman yang merupakan murid dari Raden Arya Kamuning, dan selanjutnya pusat pemerintahan juga dipindahkan ke daerah Lebak (Landeuh) sekarang disebut Cilebak sehingga berganti pula dari nama Desa Tinggar menjadi Desa Cilebak.
Pada masa pemerintahan Kuwu Nurman di Desa Cilebak terdapat pula adat istiadat yang menjadi budaya masyarakat sekitar, diantaranya :
- Sukuran di Mata Air Taman (Semula disebut Munjung)
- Tilawat di Pemakaman setiap bulan Rewah
- Hajat Bumi sebelum penggarapan sawah
- Pesta Budak Angon setelah Panen
- Wawar setia ada musibah
- Peringatan Maulid Nabi
- Peringatan Isro Mi’raj
- Penyambutan bulan Muharam (Tahun Baru Islam)
- Nyusur Taneh ( dilaksanakn di keluarga yang meninggal)
- Urunan IGO untuk kebutuhan pembangunan.
Berikutnya Nama-nama Kuwu yang pernah menjabat
NO |
NAMA |
TAHUN |
KETERANGAN |
|
ANGKATAN |
AKHIR JABATAN |
|||
1 |
BAHAD ( RADEN SABUK ) |
1790 |
1840 |
50 TAHUN |
2 |
NURMAN ( GAREDJA ) |
1840 |
1870 |
30 TAHUN |
3 |
JALISAN |
1870 |
1920 |
50 TAUN |
4 |
MUSKAM |
1920 |
1928 |
8 TAHUN |
5 |
WADJI |
1928 |
1931 |
Meninggal dunia dalam masa jabatan |
6 |
WINITADISASTRA |
1931 |
1961 |
30 TAHUN |
7 |
SUHARTU |
1961 |
1969 |
8 TAHUN |
8 |
M.SUPARMAN |
1969 |
1979 |
10 TAHUN |
9 |
KERTAWILASTRA |
1979 |
1980 |
PJS ( 5 BULAN ) |
10 |
SUHADA |
1980 |
1989 |
9 TAHUN |
11 |
EDI SUTARDI |
1989 |
1990 |
PJS ( 7 BULAN ) |
12 |
EMAN SAPUTRA, BA |
1990 |
1998 |
8 TAHUN |
13 |
IKA RUKMANA |
1998 |
1999 |
PJS ( 1 TAHUN ) |
14 |
DIDI RUHENDI |
1999 |
2007 |
8 TAHUN s/d 2007 |
15 |
TARKIM, BA |
2007 |
2013 |
6 TAHUN |
16 |
ADE RUKMANA |
2013 |
2019 |
6 TAHUN |
17 |
SAPJA DIAH WIJAYA |
2019 |
Sampai sekarang |
|
Demikianlah sejarah singkat beridirinya Desa Cilebak.